KUPANG, NUSA FLOBAMORA—-Wali Kota Kupang, Christian Widodo, memberikan tanggapan resmi atas hasil survei kepuasan masyarakat yang dilakukan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Nusa Cendana (Undana).
Survei tersebut mencatat tingkat kepuasan publik mencapai 80,1 persen pada delapan bulan pertama masa kepemimpinannya bersama Wakil Wali Kota Serena Francis; sebuah pencapaian yang dinilai jarang terjadi dalam sejarah survei kepuasan publik di Kota Kupang.
Christian mengaku baru mengetahui hasil survei itu setelah dikirimkan oleh rekan-rekannya dari Undana. Ia menyampaikan rasa syukur dan apresiasi kepada masyarakat.
“Saya puji Tuhan, bersyukur kalau memang masyarakat menilai seperti ini. Ini bukan hebat saya, tapi karena izin Tuhan dan dukungan masyarakat. Kalau masyarakat puas, kita gas tambah,” ujarnya.
Christian menegaskan, capaian tersebut tidak lepas dari peran masyarakat yang semakin cerdas, kritis, dan partisipatif dalam mendukung kebijakan pemerintah kota.
Salah satu contoh adalah kebijakan penanganan sampah. Menurutnya, warga kini tidak hanya mematuhi aturan, tetapi aktif mendorong perubahan perilaku di lingkungan masing-masing.
“Warga sendiri bilang ‘jangan buang sampah sembarang’. Sekarang sudah ada roadmap sampah, ada tempat sampah, dan mereka saling mengingatkan. Ini yang membuat program berjalan baik,” katanya.
Christian menyebut dukungan warga membuat perubahan di kota terlihat jelas dalam waktu singkat. “Biasanya orang mau nilai puas setelah lihat kerja tiga tahun. Tapi ini baru delapan bulan mereka sudah menyatakan puas. Itu luar biasa,” tambahnya.
Ia juga menyinggung kebijakan pembatasan musik malam. Menurutnya, masyarakat bahkan ikut menjelaskan manfaat kebijakan itu kepada sesama warga.
Apreasiasi untuk OPD
Wali Kota turut mengapresiasi seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang bekerja searah mendukung kebijakan pemerintah. “Di tengah keterbatasan luar biasa, jika kita bisa memberi kepuasan publik 80 persen, itu luar biasa. OPD sudah mendukung full,” tegasnya.
Meski demikian, Christian menegaskan pemerintah tidak boleh terlena dan harus terus melakukan evaluasi kinerja setiap bulan.
Christian menyebut hasil survei FISIP Undana bukan hanya bentuk apresiasi publik, tetapi juga data penting untuk penyempurnaan kebijakan ke depan. “Kebijakan publik harus berbasis data, tidak boleh top down. Survei ini bagus sekali karena bisa menjadi masukan bagi kami,” ujarnya.
Ia menyampaikan terima kasih kepada para akademisi Undana FISIP atas survei yang dilakukan secara mandiri dan independen.
Kupang Jadi Barometer NTT
Survei tersebut dipaparkan dalam Diskusi Publik “Kepemimpinan Transformasi Kepala Daerah: Refleksi Kepuasan dan Harapan Masyarakat terhadap Wali Kota dan Wakil Wali Kota Kupang” yang digelar di Subasuka Resto, Sabtu (6/12/2025).
Narasumber pertama, Dr. I Yoga Putu Bumi Pradana, menjelaskan, survei ini dilakukan pasca-Pilkada Serentak 2024 dengan Kota Kupang dipilih sebagai contoh karena posisinya sebagai barometer pembangunan di NTT.
Menurut Yoga, hasil 80,10 persen menunjukkan legitimasi kuat masyarakat terhadap duet Christian-Serena. “Publik merasakan arah baru, ritme baru, dan energi baru. Bahkan 65,28 persen responden tidak menyebutkan kelemahan kepemimpinan,” ujarnya.
Narasumber kedua, Dr. Laurensius Sairani, menekankan pentingnya pemerataan pembangunan, terutama di kawasan pinggiran yang tumbuh cepat. Ia menilai kepemimpinan di Kota Kupang sudah responsif, namun perlu memperkuat aspek akuntabilitas.
Masalah sampah dan penyediaan air minum masih menjadi keluhan utama warga. “Jika dua hal ini tidak ditangani dengan baik, maka tingkat kepuasan bisa berubah,” tegasnya.
Secara umum, hasil survei menempatkan pemerintahan Christian Widodo-Serena Francis pada posisi kuat di mata publik. Tingkat kepercayaan yang tinggi dipandang sebagai modal penting untuk percepatan pembangunan dan inovasi kebijakan.
Christian menutup dengan ajakan kepada seluruh warga untuk terus merawat Kota Kupang. “Kita jadikan Kota Kupang rumah yang aman, nyaman untuk ditinggali, dan membanggakan untuk diceritakan,” ujarnya.
Diskusi publik ini menjadi ruang refleksi sekaligus pengingat bahwa kepuasan masyarakat bukan sekadar angka, tetapi kompas penting untuk mengarahkan pembangunan Kota Kupang menuju masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.(*/ER)






