KUPANG. NUSA FLOBAMORA– SMK-PP Negeri Kupang terus menunjukkan komitmennya memperkuat pembelajaran berbasis produksi dan kewirausahaan. Salah satu langkah nyatanya adalah Workshop Pengembangan Teaching Factory (TEFA) Produk Beras Kemasan, yang digelar selama dua hari, Rabu–Kamis (29–30 Oktober 2025), di Aula SMK-PP Negeri Kupang.

Kegiatan ini melibatkan seluruh guru dan tenaga kependidikan dari berbagai kompetensi keahlian.

Tujuannya meningkatkan kapasitas dan pemahaman tentang konsep TEFA yang sesuai kebutuhan dunia usaha dan industri (DUDI). Workshop ini juga menjadi ruang kolaborasi bagi para pendidik untuk memperkuat pembelajaran yang produktif dan berorientasi pasar.

Workshop dibuka oleh Simon Gasang, Koordinator Pengawas SMK, SMA, dan SLB Kabupaten Kupang. Ia menekankan pentingnya inovasi pembelajaran yang menumbuhkan karakter kerja nyata.

Menurutnya, sekolah kejuruan tak boleh berhenti pada teori, tetapi harus menjadi pusat pembelajaran berbasis produksi yang memberi nilai tambah.

“Teaching Factory bukan sekadar praktik di laboratorium, tetapi sistem yang membentuk budaya kerja dan karakter wirausaha. Guru harus mampu mengarahkan siswa berpikir produktif, kreatif, dan inovatif,” ujarnya.

Kegiatan ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang menegaskan bahwa pendidikan vokasi pertanian harus menjadi motor lahirnya petani milenial inovatif dan adaptif terhadap teknologi.

“Sekolah vokasi pertanian harus menghasilkan lulusan yang siap kerja dan siap berwirausaha. Mereka adalah generasi baru yang akan menggerakkan sektor pertanian ke arah yang lebih maju,” pesan Mentan.

Senada dengan itu, Kepala BPPSDMP Kementan Idha Widi Arsanti menegaskan Teaching Factory merupakan strategi utama mencetak SDM pertanian unggul.

“Melalui TEFA, siswa tak hanya belajar teori, tapi juga pengalaman nyata mengelola usaha tani, mengolah hasil, dan menciptakan produk bernilai tambah yang siap bersaing di pasar,” tuturnya.

Pada hari pertama, workshop membahas Perencanaan dan Pengembangan Produk Jasa serta Analisis Sumber Daya TEFA.

Tiga narasumber hadir: Idrus Hami dari Balai Riset dan Manajemen Padi (BRMP) Sukamandi, Agustinus Kamanobe dari PT Bisi Internasional Tbk, dan Syahriati, Pengawas SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT.

Hari kedua difokuskan pada Penyusunan Modul Ajar dan Asesmen yang mendukung pelaksanaan TEFA, dengan narasumber Syahriati dan Wellemfridus Ndiwa, keduanya pengawas SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT.

Peserta difasilitasi menyusun modul ajar berbasis proyek nyata yang mengintegrasikan teori dan praktik produksi beras kemasan.

Menurut Syahriati, modul ajar dan asesmen TEFA harus berorientasi pada capaian kompetensi konkret.

“Guru perlu menjadi fasilitator yang memastikan setiap tahapan produksi menjadi bagian dari proses belajar. Dengan begitu, siswa memahami nilai ekonomi dari setiap kegiatan pertanian,” jelasnya.

Wellemfridus Ndiwa menambahkan, asesmen dalam TEFA tak hanya menilai keterampilan teknis, tapi juga sikap profesional dan tanggung jawab kerja siswa.

Ia berharap guru terus berinovasi dalam merancang evaluasi sesuai karakter pembelajaran berbasis industri.

Kepala SMK-PP Negeri Kupang, Bogarth K. Watuwaya, menyampaikan bahwa workshop ini merupakan langkah strategis sekolah dalam memperkuat implementasi TEFA Produk Beras Kemasan.

“Kami ingin TEFA menjadi wadah belajar yang tidak hanya menghasilkan produk, tetapi juga menumbuhkan semangat kewirausahaan dan profesionalisme di kalangan peserta didik,” ujarnya.

Melalui kegiatan ini, SMK-PP Negeri Kupang menegaskan perannya sebagai lembaga vokasi pertanian yang berkomitmen mencetak lulusan berkualitas, berkarakter, dan siap berkontribusi bagi pembangunan pertanian nasional.

Dengan dukungan pengawas, mitra industri, dan Kementerian Pertanian, sekolah ini terus melangkah menuju sistem pembelajaran yang inovatif, produktif, dan berkelanjutan.(*/Rilis Berita SMK N PP Kupang/ER)

error: Content is protected !!