KUPANG. NUSA FLOBAMORA– Seorang alumni SMK-PP Negeri Kupang berhasil mencuri perhatian publik berkat kesuksesannya dalam berwirausaha di bidang pembibitan ternak dan inseminasi buatan babi.
Dengan omzet mencapai Rp60 juta per bulan, usahanya tidak hanya mencerminkan keberhasilan pribadi, namun juga menjadi inspirasi bagi generasi muda di NTT untuk terjun ke sektor pertanian dan peternakan berbasis teknologi dan kewirausahaan.
Dengan memanfaatkan media sosial sebagai kanal pemasaran, alumni muda tersebut telah membangun jaringan pelanggan dari berbagai daerah, membuktikan bahwa inovasi dan kerja keras dapat menghasilkan dampak ekonomi nyata, bahkan dari daerah terpencil.
Namun demikian, kesuksesan itu kini dihadapkan pada tantangan serius. Harga babi mengalami penurunan drastis akibat wabah African Swine Fever (ASF) yang menyerang populasi babi di sejumlah wilayah di NTT.
Kondisi ini membuat biaya produksi tidak sebanding dengan pendapatan yang diterima para peternak.
Melihat kondisi tersebut, berbagai pihak menyerukan pentingnya sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan peternak lokal.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan jika bangga memiliki generasi muda seperti alumni SMK-PP Negeri Kupang yang menjadi pionir wirausaha peternakan di NTT.
Pemerintah akan terus mendorong pengendalian ASF dan mendukung pemasaran hasil ternak, termasuk pembentukan klaster peternakan berbasis biosekuriti dan digitalisasi pemasaran.
Kepala BPPSDMP Kementan, Idha Widi Arsanti juga menegaskan bahwa kunci keberhasilan regenerasi petani adalah melalui pendidikan vokasi pertanian.
Alumni seperti ini adalah contoh nyata bahwa sekolah vokasi bisa menghasilkan job creator, bukan job seeker. Kita harus lindungi dan dukung mereka, terutama saat menghadapi tekanan harga dan wabah seperti ASF.
Kepala SMK-PP Negeri Kupang, Bogarth K. Watuwaya menyampaikan kebanggaannya melihat alumni kami sukses dan menjadi inspirasi. Sekolah akan terus memperkuat kurikulum kewirausahaan dan pelatihan teknologi peternakan agar lebih banyak lulusan kami yang mampu bersaing dan bertahan dalam tantangan sektor pertanian.
Kisah sukses ini diharapkan dapat memotivasi pemuda NTT lainnya untuk tidak ragu menekuni sektor pertanian dan peternakan.
Namun, kolaborasi nyata antara pemerintah, sektor swasta, dan dunia pendidikan sangat dibutuhkan untuk menjaga keberlanjutan usaha di tengah dinamika pasar dan tantangan penyakit ternak.
Ini menjadi seruan bagi seluruh pemangku kepentingan agar memberikan perhatian lebih kepada peternak lokal yang telah berkontribusi bagi ketahanan pangan dan ekonomi desa.(*/Rilis Berita SMK N PP Kupang/ER)