KUPANG. NUSA FLOBAMORA – Pengurus Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Provinsi Nusa Tenggara Timur melakukan audiensi strategis bersama Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Ambrosius Kodo, S.Sos, M.M.

Kehadiran pengurus SMSI NTT ini dalam rangka menyinergikan program edukatif bertajuk “SMSI Goes to School”.

Audiensi ini digelar sebagai langkah awal kolaborasi antara insan pers dan pemangku kebijakan pendidikan untuk menjaga dan memperkuat nilai-nilai literasi, etika digital, dan pembentukan karakter generasi muda di sekolah-sekolah.

Dalam pertemuan tersebut, Ketua SMSI NTT, Benidiktus Jahang, menyampaikan urgensi dari program “SMSI Goes to School” di lembaga pendidikan.

Menurutnya, perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat telah mengubah cara anak-anak mengakses informasi.

Namun disayangkan, rendahnya literasi media di kalangan pelajar membuat mereka rentan terhadap adanya informasi hoaks, ujaran kebencian, dan disinformasi.

“Kami melihat bahwa sekolah adalah titik mula pembentukan peradaban. Ketika sekolah gagal menjadi benteng literasi dan etika digital, maka kita kehilangan satu generasi yang seharusnya menjadi harapan bangsa,” ujar Beny Jahang.

Program SMSI Goes to School dirancang untuk memberikan edukasi jurnalistik, fotografi, dan keterampilan public speaking kepada siswa SMA/SMK dimulai dari Kota Kupang.

Program ini juga mendukung penuh gerakan inovatif Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT yakni GENTA BELIS (Gerakan NTT Membaca dan Menulis) yang telah diluncurkan sejak November 2024 lalu serta sejalan dengan visi Gubernur NTT Melki Laka Lena dan Wakil Gubernur NTT Joni Asadoma yakni NTT Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Berkelanjutan, dan salah satu misi khususnya di bidang pendidikan yakni Menghadirkan pendidikan berkualitas yang merata, partisipatif, dan tepat sasaran.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Ambrosius Kodo, menekankan pentingnya menjadikan sekolah sebagai zona aman dari kekerasan, terutama terhadap perempuan dan anak.

“Kita tidak hanya bicara soal literasi, tetapi juga bagaimana menjadikan sekolah sebagai ruang peradaban yang bersih dari kekerasan. Kita bisa dorong sekolah-sekolah untuk mendeklarasikan diri sebagai zona nol kekerasan terhadap perempuan dan anak,” tegas Ambrosius.

Ia juga menyambut baik agenda SMSI yang berfokus pada peningkatan kapasitas literasi media di sekolah.

Menurutnya, kolaborasi dengan media menjadi penting untuk melindungi generasi muda dari paparan konten negatif yang semakin masif dan tak terbendung di ruang digital.

“Ketika sekolah jebol, kita mau harap dari mana lagi lahirnya peradaban bangsa ini? Kolaborasi dengan SMSI adalah langkah strategis menjaga benteng masa depan kita,” tambahnya.

Audiensi ini turut dihadiri  tim program ” SMSI Goes To School ” yakni Tony Kleden (Kabarnya.co), Roby Fahik (SekolahTimur.com), Baverly Rambu (Viktory News), Hermen Jawa  (Delegasi.com), dan Yoseph Bataona (FaktahukumNTT.com).

Melalui pertemuan ini, SMSI dan Dinas Pendidikan sepakat untuk menjadwalkan pertemuan lanjutan dalam waktu dekat guna merumuskan mekanisme pelaksanaan di lapangan, termasuk metode kampanye literasi, pemetaan sekolah prioritas, dan strategi advokasi terhadap isu kekerasan berbasis gender di lingkungan pendidikan.

Sekolah adalah peradaban, dan SMSI hadir bukan sekadar menyebar berita, melainkan membangun kesadaran kritis generasi muda demi masa depan bangsa yang lebih sehat secara informasi, cerdas secara pemikiran, dan beradab dalam tindakan.(*/ER)

 

error: Content is protected !!