KUPANG. NUSA FLOBAMORA– Badan Pusat Statistik (BPS) NTT merilis bahwa pada Juli 2025, Nusa Tenggara Timur mengalami inflasi bulanan sebesar 0,94 persen. Sebelumnya, pada Mei dan Juni, terjadi deflasi masing-masing sebesar 0,4 persen dan 0,11 persen.
Inflasi bulan Juli dipengaruhi oleh kenaikan harga pada tujuh dari sebelas kelompok pengeluaran yang diamati.
Kelompok makanan, minuman, dan restoran memberikan andil tertinggi sebesar 1,97 persen, berkontribusi 0,74 persen terhadap inflasi umum.
Kelompok transportasi menyusul dengan inflasi sebesar 1,49 persen dan andil 0,20 persen.
Sementara itu, kelompok kesehatan menjadi penahan utama inflasi Juli, mengalami deflasi 0,05 persen.
Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga juga mencatat deflasi sebesar 0,05 persen dengan andil -0,01 persen.
Dalam keterangan pers, Kepala BPS NTT, Matamira B. Kale, menjelaskan bahwa perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) menggambarkan pergerakan harga barang dan jasa yang dibayar konsumen dari waktu ke waktu.
Indeks mencerminkan dinamika sosial ekonomi masyarakat. Kenaikan IHK disebut inflasi, sedangkan penurunan disebut deflasi.
Inflasi tahun kalender (JanuariāJuli 2025) tercatat sebesar 2,01 persen. Inflasi tahunan (year-on-year) mencapai 3,03 persen.
Beberapa komoditas utama penyumbang inflasi bulanan Juli antara lain ikan tongkol (0,28 persen), daging ayam ras (0,18 persen), angkutan udara (0,17 persen), cabai rawit (0,15 persen), dan tomat (0,11 persen). Kenaikan harga dipicu oleh gangguan pasokan, yang antara lain disebabkan oleh kondisi cuaca.
Komoditas yang menahan laju inflasi bulan Juli antara lain rempah-rempah (0,04 persen), sabun mandi (0,03 persen), kol putih (0,02 persen), bayam (0,01 persen), dan jeruk nipis (0,01 persen).
Secara keseluruhan, inflasi bulan Juli didorong terutama oleh tarif angkutan udara, cabai rawit, tomat, serta komoditas perikanan dan daging ayam.
Sebaliknya, tekanan inflasi tertahan oleh bahan makanan seperti sayuran dan buah-buahan yang mengalami penurunan harga.
Inflasi tahunan Juli 2025 tercatat sebesar 3,03 persen. Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, terjadi peningkatan dari 1,72 persen pada Juni.
Inflasi tahunan dipicu oleh kenaikan harga pada sembilan dari sebelas kelompok pengeluaran. Kelompok makanan memberikan andil tertinggi sebesar 5 persen, diikuti kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,51 persen.
Komoditas yang berkontribusi besar terhadap inflasi tahunan termasuk cabai rawit (0,58 persen), emas perhiasan (0,44 persen), bawang merah, kopi bubuk, dan daging ayam.
Beberapa komoditas mencatat deflasi seperti tempe (-0,03 persen), angkutan laut (-0,03 persen), dan telur ayam ras (-0,08 persen).
Dari sisi wilayah, inflasi bulanan tercatat di seluruh daerah pemantauan. Tingkat inflasi tertinggi terjadi di Kota Kupang sebesar 1,21 persen, sedangkan terendah di Waingapu dengan 0,47 persen.
Untuk inflasi tahunan, Kota Kupang mencapai 5,01 persen, sementara Waingapu 4,02 persen.
Sebagai tambahan, berdasarkan data historis, sebagian besar wilayah di NTT pada Juli tahun sebelumnya justru mengalami deflasi. Hal ini menunjukkan perubahan tren menjadi inflasi yang cukup signifikan pada Juli 2025.
Terdapat empat kategori inflasi, yaitu inflasi merayap, inflasi berjalan, inflasi menengah, dan hiperinflasi.(*/ER)